Penyebab yang membuat gigi masih terlihat kotor walau rajin gosok gigi...!!! Tips cara mengosok gigi yang baik dan benar
Maka besar kemungkinan pada gigi tersebut terdapat karang gigi. Berikut penjelasan drg. Martha Mozartha di sini selengkapnya.
“Dok, saya sudah rajin sikat gigi. Kok gigi saya masih kotor?” Pertanyaan tersebut cukup sering ditanyakan pasien kepada dokter giginya. Pasien merasa sudah rajin menyikat gigi, namun karang gigi masih saja terbentuk. Mengapa hal ini terjadi?
Karang gigi, disebut juga dental calculus, adalah plak (kotoran) lunak pada gigi yang tidak dibersihkan dengan optimal dan lama-kelamaan mengeras karena adanya pengendapan mineral terutama kalsium dan fosfat yang berasal dari air liur, makanan, serta minuman yang dikonsumsi sehari-hari. Begitu terbentuk di atas permukaan gigi, calculus tidak dapat dibersihkan hanya dengan penyikatan gigi karena sifatnya yang melekat erat ke permukaan gigi. Semakin lama dibiarkan, calculus akan semakin banyak terbentuk, hingga dapat menutupi seluruh permukaan gigi.
Penyebab pasti dari terbentuknya calculus masih banyak diperdebatkan. Namun telah diketahui bahwa sejumlah faktor memainkan peranan dalam proses pembentukan calculus, di antaranya diet, cara menjaga kebersihan gigi dan mulut, kondisi air liur, posisi gigi geligi di dalam rahang, serta kondisi sistemik dan riwayat medis. Dengan demikian, kecepatan akumulasi calculus sangat bervariasi pada tiap-tiap orang.
Disadari atau tidak, sebagian orang hanya menggunakan satu sisi saat mengunyah karena berbagai alasan. Misalnya terdapat gigi yang berlubang di sebelah kanan, maka pengunyahan hanya dilakukan di sebelah kiri. Padahal, sisi yang tidak digunakan untuk mengunyah akan menjadi tempat akumulasi calculus yang jauh lebih banyak, karena kurangnya stimulasi air liur di daerah tersebut.
Proses metabolisme urea dalam rongga mulut juga dapat mempercepat terjadinya pembentukan calculus, dan contoh kasusnya adalah pasien yang mengidap penyakit ginjal. Kadar urea dalam air liur penderita penyakit ginjal lebih tinggi, dan urea dapat diubah oleh bakteri yang terdapat dalam plak menjadi amonia yang meningkatkan pH air liur. Hal ini memudahkan terjadinya deposisi calculus.
Selain itu, ada juga faktor menyikat gigi. Berikut selengkapnya pada halaman selanjutnya.
Sudah Rajin Gosok Gigi Masih Saja Terlihat Kotor?
Faktor Menyikat Gigi
Coba Anda ingat kembali, bagaimanakah cara Anda menyikat gigi? Penyikatan gigi yang dilakukan dengan cara yang tidak tepat tidak akan dapat membersihkan gigi dengan optimal. Gerakkan sikat secara vertikal yaitu dari atas ke bawah dengan mengenai gusi, karena plak pertama kali terkumpul di daerah gigi yang berbatasan dengan gusi. Bersihkan seluruh permukaan gigi Anda dengan seksama, tidak hanya bagian depan namun juga sisi dalam yang berhadapan dengan lidah dan langit-langit mulut. Jangan lupa bersihkan juga sela-sela gigi Anda, dengan bantuan benang gigi (dental floss) dan gunakan obat kumur jika perlu.
Sumber : Vemala
“Dok, saya sudah rajin sikat gigi. Kok gigi saya masih kotor?” Pertanyaan tersebut cukup sering ditanyakan pasien kepada dokter giginya. Pasien merasa sudah rajin menyikat gigi, namun karang gigi masih saja terbentuk. Mengapa hal ini terjadi?
Karang gigi, disebut juga dental calculus, adalah plak (kotoran) lunak pada gigi yang tidak dibersihkan dengan optimal dan lama-kelamaan mengeras karena adanya pengendapan mineral terutama kalsium dan fosfat yang berasal dari air liur, makanan, serta minuman yang dikonsumsi sehari-hari. Begitu terbentuk di atas permukaan gigi, calculus tidak dapat dibersihkan hanya dengan penyikatan gigi karena sifatnya yang melekat erat ke permukaan gigi. Semakin lama dibiarkan, calculus akan semakin banyak terbentuk, hingga dapat menutupi seluruh permukaan gigi.
Penyebab pasti dari terbentuknya calculus masih banyak diperdebatkan. Namun telah diketahui bahwa sejumlah faktor memainkan peranan dalam proses pembentukan calculus, di antaranya diet, cara menjaga kebersihan gigi dan mulut, kondisi air liur, posisi gigi geligi di dalam rahang, serta kondisi sistemik dan riwayat medis. Dengan demikian, kecepatan akumulasi calculus sangat bervariasi pada tiap-tiap orang.
Disadari atau tidak, sebagian orang hanya menggunakan satu sisi saat mengunyah karena berbagai alasan. Misalnya terdapat gigi yang berlubang di sebelah kanan, maka pengunyahan hanya dilakukan di sebelah kiri. Padahal, sisi yang tidak digunakan untuk mengunyah akan menjadi tempat akumulasi calculus yang jauh lebih banyak, karena kurangnya stimulasi air liur di daerah tersebut.
Proses metabolisme urea dalam rongga mulut juga dapat mempercepat terjadinya pembentukan calculus, dan contoh kasusnya adalah pasien yang mengidap penyakit ginjal. Kadar urea dalam air liur penderita penyakit ginjal lebih tinggi, dan urea dapat diubah oleh bakteri yang terdapat dalam plak menjadi amonia yang meningkatkan pH air liur. Hal ini memudahkan terjadinya deposisi calculus.
Selain itu, ada juga faktor menyikat gigi. Berikut selengkapnya pada halaman selanjutnya.
Sudah Rajin Gosok Gigi Masih Saja Terlihat Kotor?
Faktor Menyikat Gigi
Coba Anda ingat kembali, bagaimanakah cara Anda menyikat gigi? Penyikatan gigi yang dilakukan dengan cara yang tidak tepat tidak akan dapat membersihkan gigi dengan optimal. Gerakkan sikat secara vertikal yaitu dari atas ke bawah dengan mengenai gusi, karena plak pertama kali terkumpul di daerah gigi yang berbatasan dengan gusi. Bersihkan seluruh permukaan gigi Anda dengan seksama, tidak hanya bagian depan namun juga sisi dalam yang berhadapan dengan lidah dan langit-langit mulut. Jangan lupa bersihkan juga sela-sela gigi Anda, dengan bantuan benang gigi (dental floss) dan gunakan obat kumur jika perlu.
Sumber : Vemala
Tidak ada komentar